BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penelitian
kuantitatif adalah definisi, pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif
melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang
diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan
frekuensi dan persentase tanggapan mereka. Sebagai contoh: 240 orang, 79% dari
populasi sampel, mengatakan bahwa mereka lebih percaya pada diri mereka pribadi
masa depan mereka dari setahun yang lalu hingga hari ini. Menurut ketentuan
ukuran sampel statistik yang berlaku, maka 79% dari penemuan dapat
diproyeksikan ke seluruh populasi dari sampel yang telah dipilih. pengambilan
data ini adalah disebut sebagai survei kuantitatif atau penelitian kuantitatif.
Ukuran sampel untuk survei oleh statistik dihitung dengan menggunakan rumusan untuk menentukan seberapa besar ukuran sampel yang diperlukan dari suatu populasi untuk mencapai hasil dengan tingkat akurasi yang dapat diterima. pada umumnya, para peneliti mencari ukuran sampel yang akan menghasilkan temuan dengan minimal 95% tingkat keyakinan (yang berarti bahwa jika Anda survei diulang 100 kali, 95 kali dari seratus, Anda akan mendapatkan respon yang sama) dan plus / minus 5 persentase poin margin dari kesalahan. Banyak survei sampel dirancang untuk menghasilkan margin yang lebih kecil dari kesalahan
Ukuran sampel untuk survei oleh statistik dihitung dengan menggunakan rumusan untuk menentukan seberapa besar ukuran sampel yang diperlukan dari suatu populasi untuk mencapai hasil dengan tingkat akurasi yang dapat diterima. pada umumnya, para peneliti mencari ukuran sampel yang akan menghasilkan temuan dengan minimal 95% tingkat keyakinan (yang berarti bahwa jika Anda survei diulang 100 kali, 95 kali dari seratus, Anda akan mendapatkan respon yang sama) dan plus / minus 5 persentase poin margin dari kesalahan. Banyak survei sampel dirancang untuk menghasilkan margin yang lebih kecil dari kesalahan
B. Rumusan masalah
1. Penelitian
korelasional?
2. Penelitian
eksperimental ?
3. Kausal komparatif ?
4. Subjek tunggal (SSR) ?
C. Tujuan
1. Bagaimana Peneitian korelasional.
2. Bagaimana penelitian eksperimental.
3. Bagaimana komperatif.
4. Bagaimana subjek tunggal (SRR).
BAB
II
PEMBAHASAN
Jenis penelitian
kuantitatif
A. Penelitian
korelasional
1. Pengertian
Penelitian
korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan
dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk
mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel
(Faenkel dan Wallen, 2008:328)
Menurut Gay (dalam Sukardi,
2008:165) penelitian korelasional merupakan salah satu bagian penelitian ex-postfacto
karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan
langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang
direfleksikan dalam koefesien korelasi.
2. Jenis
studi korelasional
a) Penelitian Hubungan
Penelitian
hubungan dilakukan dalam suatu usaha memperoleh pemahaman faktor-faktor atau
variabel yang berhubungan dengan variabel yang kompleks. Variabel yang
diketahui tidak berhubungan dapat dieliminasi dari perhatian atau pertimbangan
selanjutnya. Dengan kata lain, peneliti mencoba mengidentifikasi variabel yang
berhubungan dengan variabel terikat dan menyingkirkan pengaruhnya yang tidak
akan bercampur dengan variabel bebas.
b) Penelitian Prediksi
Jika dua
variabel mempunyai hubungan yang signifikan, skor pada satu variabel dapat
digunakan untuk memprediksi skor pada variabel yang lain. Variabel yang menjadi
dasar pembuatan prediksi diacu sebagai prediktor, dan variabel yang
diprediksikan diacu sebagai kriteria. Studi prediksi sering dilakukan untuk
memudahkan pengambilan kesimpulan mengenai individu atau membantu pemilihan
individu. Studi prediksi juga dilakukan untuk menguji hipotesis teorietis
menengenai variabel yang dipercaya menjadi prediktor suatu kriteria, dan untuk
menentukan validitas prediktif instrumen pengukuran individual.
3. Rancangan Penelitian Korelasional
Menurut
Shaughnessy dan Zechmeinte (2000:2-5) dalam Emzir (2010:48-51) penelitian
korelasional mempunyai berbagai jenis rancangan.
a) Korelasi Bivariat
Rancangan
penelitian korelasi bivariat adalah suatu rancangan penelitian yang bertujuan
untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara dua
variabel diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah.
Arah hubungan
diindikasikan oleh simbol “-“ dan “+”. Suatu korelasi negatif berarti bahwa
semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin rendah pula skor pada variabel
lain atau sebaliknya. Korelasi positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi
skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain atau sebaliknya.
Hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar merupakan contoh
korelasi positif. Hubungan antara stres dan sehat merupakan contoh korelasi
negatif.
b) Regresi dan Prediksi
Jika terdapat
korelasi antara dua variabel dan kita mengetahui skor pada salah satu variabel,
skor pada variabel kedua dapat diprediksikan. Regresi merujuk pada seberapa
baik kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi
baik -1,00 maupun +1,00, prediksi kita dapat lebih baik. Sebagai contoh,
terdapat hubungan antara stres dan kesehatan. Jika kita mengetahui skor stres
kita maka kita akan memprediksi skor kesehatan kita dimasa yang akan datang.
c) Regresi Jamak (Multiple
Regresion)
Regresi jamak
merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan penambahan beberapa
variabel. Kombinasi beberapa variabel ini memberikan lebih banyak kekuatan
kepada kita untuk membuat prediksi yang akurat. Apa yang kita prediksikan
disebut variabel kriteria (criterion variable). Apa yang kita gunakan
untuk membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui disebut variabel
prediktor (predictor variables). Sebagai contoh, jika kita tidak hanya
mengetahui skor stres kita, tetapi juga mengetahui skor perilaku kesehatan
(seberapa baik saya memerhatikan diri sendiri) dan bagaimana kesehatan kita
selama ini (baik yang secara umum sehat atau sakit), kita akan memprediksikan
secara tepat status kesehatan kita. Dengan demikian, terdapat tiga variabeln
prediktor, stres, perilaku kesehatan, dan status kesehatan sebelumnya, dan satu
variabel kriteria, yaitu kesehatan di masa yang akan datang.
d) Analisis Faktor
Prosedur
statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel
dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi mengindikasikan suatu
faktor penting yang umum. Sebagai contoh, kita dapat mengukur sejumlah besar
aspek kesehatan fisik, emosi, mental, dan spiritual. Setiap pertanyaan akan
memberikan kita suatu skor. Korelasi yang tinggi (baik positif maupun negatif)
antara beberapa skor ini akan mengidentifikasikan factor penting yang bersifat
umum.
e) Analisis Sistem (System Analysis)
Desain ini
melibatkan penggunaan prosedur matematik yang kompleks/rumit untuk menentukan
proses dinamik, seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan balik serta
unsur dan aliran hubungan. Sebagai contoh, sistem analisis digunakan untuk
menggambar atau membuat diagram perbedaan antara SD yang berhasil dan SD yang
tidak berhasil. Beberapa unsur dari sistem ini adalah harapan guru terhadap
performansi siswa, usaha pengajaran, dan performansi siswa. Masaing-masing
unsur ini saling memengaruhi dan berubah sepanjang waktu
B. Penelitian
eksperimental
1. Pengertian
Penelitian eksperimen merupakan penelitian
yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang
dikenakan pada subjek selidik. Dengan kata lain penelitian eksperimen mencoba
meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat. Caranya adalah dengan
membandingkan satu atau lebih kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan
satu atau lebih kelompok pembanding yang tidak menerima perlakuan.
2. Jenis-jenis
penelitian eksperimental
a) Pra Eksperimental
Rancangan
praeksperimental belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih
terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel
dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan
semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. (Sugiyono, 1992:82)
Kadang-kadang
sebuah penelitian eksperimental dilakukan tanpa kelompok kontrol. Dalam
penelitian ini, kelompok diberikan tes awal sebelum perlakuan eksperimental.
Setelah treatment selesai, tes
akhir diberikan untuk melihat prestasi. Efektivitas perlakuan pembelajaran
diukur dengan membandingkan skor rata-rata tes awal dan tes akhir. Ketika
ternyata bahwa skor rata-rata tes akhir secara signifikan lebih tinggi dari
skor rata-rata tes awal, maka disimpulkan bahwa perlakuan pembelajaran efektif.
Rancangan yang termasuk pra-eksperimental
adalah sebagai berikut.
1. Studi Kasus Bentuk
Tunggal (One-shot Case Study)
Paradigma
dalam rancangan eksperimen ini dapat digambarkan seperti berikut.
X O
X = Treatment yang
diberikan
O = Observasi Dalam penyelenggaraan rancangan
ini subjek disajikan dengan beberapa perlakuan, hanya tidak terdapat kelompok
pembanding dan tanpa skor tes awal.
2. Tes Awal - Tes Akhir
Kelompok Tunggal (The One Group Pretest-posttest )
Apabila
pada rancangan nomor a tidak terdapat tes awal, maka pada rancangan ini
terdapat tes awal sebelum diberikan perlakuan atau treatment. Rancangan ini dapat
digambarkan seperti berikut.
O1 X 02
O1= Nilai tes awal
X = Treatmen yang
diberikan
O2 = Nilai tes akhir setelah diberikan treatment
Kelebihan dari rancangan ini adalah peneliti dapat membandingkan
hasil perlakuan yang diberikan, dengan adanya nilai tes awal peneliti bisa
membandingkan hasilnya dengan mengobservasi dari nilai tes akhir.
3. Perbandingan Kelompok
Statis
Pada
rancangan penelitian ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk
penelitian, tetapi dibagi menjadi dua. Satu kelompok menerima perlakuan
sedangkan kelompok lainnya tidak mendapat perlakuan. Skor tes akhir digunakan
untuk mengukur hasil perlakuan.
b) Eksperimen Murni
Rancangan
eksperimen murni sebenarnya melengkapi kekurangan dari rancangan sebelumnya.
Dalam eksperimen murni mulai dikenal adanya kelompok kontrol dan cara mengukur
perubahan yang muncul dalam kedua kelompok. Rancangan yang termasuk eksperimen
murni adalah sebagai berikut.
1. Rancangan Secara Acak
dengan Tes dan Kelompok Kontrol
Terdapat
dua kelompok dalam rancangan ini. Pemilihan kelompok
dilakukan secara acak. Kelompok pertama
menerima perlakuan sedangkan
kelompok lainnya tidak mendapatkan perlakuan.
Nilai tes akhir menjadi
digunakan untuk mengukur hasil perlakuan.
2. Rancangan Secara Acak
dengan Tes Awal dan Tes Akhir dengan Kelompok
Kontrol ( The Randomized Pretest - Posttest Control Goup Design)
Rancangan
ini merupakan rancangan paling efektif dalam menunjukan
hubungan sebab akibat. Rancangan ini melengkapi
kelompok kontrol maupun
pengukuran perubahan, tetapi juga menyertakan
tes awal untuk menilai
perbedaan antara dua kelompok. suatu hal yang penting memperlakukan kedua
kelompok
dengan cara yang sama. Tujuannya adalah untuk mengukur hasil
perlakuan
terhadap dua kelompok tersebut.
3.
Rancangan Secara Acak Empat Kelompok Solomon
( The
Randomize Solomon
Four Group Design )
Terdapat
empat kelompok pada rancangan ini. Dua kelompok diberikan
tes awal dan dua kelompok lainnya tidak; satu dari kelompok tes awal
diberikan perlakuan dan satu dari kelompok non tes awal
diberikan perlakuan.
Rancangan ini merupakan kombinasi dari dua
rancangan sebelumnya.
4. Rancangan Secara Acak
dengan Pemasangan Subjek melalui Tes Akhir dan
Kelompok
Kontrol ( The Randomize Posttest-only
Control
Group Design )
Rancangan
ini sedikit berbeda dengan rancangan sebelumnya. Dalam
rancangan ini terdapat pemasangan subjek secara rambang. Peneliti
tidak
melakukan tes awal.
5. Rancangan
Secara Acak dengan Pemasangan Subjek melalui Tes Awal - Tes Akhir dan
Kelompok Kontrol ( The Randomize Pretest-posttest Control Group Design, using Mathced
Subjects)
Rancangan
ini hampir mirip dengan rancangan sebelumnya, namun perbedaannya adalah adanya
tes awal dalam rancangan ini.
c) Eksperimen Semu
Bentuk
rancangan ini merupakan pengembangan dari eksperimen murni yang sulit
dilaksanakan. Rancangan ini memiliki kelompok kontrol, namun tidak dapat
berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen.
Beberapa rancangan yang termasuk eksperimen
semu adalah sebagai berikut.
1. Rancangan
dengan Pemasangan Subjek melalui Tes Akhir dan Kelompok Kontrol ( The
Randomized
Postest – only Control Group
Design, using
Matched Subjects)
Dalam
rancangan ini terdapat pemasangan subjek pada kelompok
eksperimen dan
kelompok kontrol subjek. Peneliti tidak mengadakan tes awal.
2. Rancangan
dengan pemasangan Subjek melalui Tes Awal – Tes Akhir dan Kelompok
Kontrol
( The Randomized Pretest – Posttest Control Group
Design, using Mathced Subjects )
Rancangan
penelitian ini hampir mirip dengan rancangan
sebelumnya,hanya letak perbedaaanya
adalah adanya tes awal dalam
rancangan
ini.
3. Rancangan Tiga
Perlakuan dengan Pengaruh Imbangan ( A
Three
Treatment Counter Balanced Design )
Dalam
rancangan ini peneliti meneliti tiga kelompok. Semua kelompok
diberikan
perlakuan dan hanya ada tes akhir dalam rancangan ini.
4. Rancangan Rangkaian
Waktu ( A Basic Time Series Design )
Rancangan
ini secara aktual merupakan suatu ketelitian dari rancangan satu kelompok pretest-postes.
Satu kelompok diberikan tes awal berulangkali, diberikan perlakuan kemudian
diberikan tes akhir berulangkali. Peneliti akan lebih yakin terhadap
keefektifan perlakuan yang diberkan jika skor yang muncul juga meningkat.
5. Rancangan Faktorial ( Factorial Design )
Rancangan
ini melibatkan dua atau lebih variabel bebas dan sekurangnya
satu yang dimanipulasi oleh peneliti. Pada
dasarnya rancangan ini merupakan elaborasi dari rancangan eksperimen murni.
Istilah faktorial mengacu pada fakta bahwa racangan tersebut memiliki beberapa
faktor dan setiap faktor memiliki dua atau lebih tingkatan.
Tujuan
dari suatu rancangan faktorial adalah untuk menentukan apakah efek suatu
variabel eksperimen dapat digeneralisasikan melalui semua level dari suatu
variabel kontrol atau apakah efek tersebut khusus untuk level khusus dari
variabel kontrol.
C. KAUSAL KOMPARATIF
1. Pengertian
Definisi
Penelitian Kausal Komparatif adalah penelitian yang dilakukan untuk
membandingkan suatu variabel (objek penelitian), antara subjek yang berbeda
atau waktu yang berbeda dan menemukan hubungan sebab-akibatnya.Sementara itu,
menurut Kerlinger sebagaimana dikutip Emzir, menyatakan bahwa penelitian kausal
komparatif (causal comparative research) yang disebut juga penelitian ex post
factoadalah penyelidikan empiris yang sistematis di mana peneliti tidak
mengendalikan variabel bebassecara langsung karena keberadaan dari variabel
tersebut telah terjadi atau karena variable tersebut pada dasarnya tidak dapat
dimanipulasi.Kemudian, Gay yang juga dikutif Emzir, mengemukakan bahwa studi
kausal komparatif atau ex post facto adalah penelitian yang berusaha
menentukan penyebab atau alasan, untuk keberadaan perbedaan dalam perilaku
atau status dalam kelompok individu. Dengan kata lain, penelitian kausal
komparatif adalah penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki hubungan
sebab-akibat berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang terjadi dan
mencari faktor yang menjadi penyebab melalui data yang dikumpulkan. Dalam
penelitian ini pendekatan dasarnya adalah memulai dengan adanya perbedaan dua
kelompok dan kemudian mencari faktor yang mungkin menjadi penyebab atau
akibat dari perbedaan tersebut.
Menurut
Suryabrata (2006): Penelitian kausal komparatif bersifat ex post facto, artinya
datadikumpulkan setelah semua kejadian yang dipersoalkan berlangsung (lewat).
Peneliti mengambilsatu atau lebih akibat (sebagai “dependent variables”) dan
menguji data itu dengan menelusuri kembali ke masa lalu untuk mencari
sebab-sebab, saling hubungan dan maknanya. Menurut Sukmadinata (2010:55),
penelitian ekspos fakto (expost facto research) menelitihubungan sebab akibat
yang tidak di manipulasi atau diberi perlakuan (dirancang dandilaksanakan) oleh
peneliti.
Penelitian
hubungan sebab akibat dilakukan terhadap program,kegiatan atau kejadian yang
telah berlangsung atau telah terjadi. Adanya hubungan sebab akibatdidasarkan
atas kajian teoretis, bahwa sesuatu variabel disebabkan atau dilatar belakangi
olehvariabel tertentu atau mengakibatkan variabel tertentu.Penelitian ex post
facto mirip dengan penelitian eksperimen, tetapi tidak ada
pengontrolanvariabel, dan biasanya juga tidak ada pra tes. Penelitian ini dapat
dilakukan dengan baik, dengan menggunakan kelompok pembanding
2. Jenis Study Korelasional
a) Penelitian Hubungan
Penelitian
hubungan, relasional, atau korelasi sederhana (seringkali hanya disebut
korelasi saja)
digunakan untuk menyelidiki hubungan antara hasil pengukuran terhadap dua
variabel yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini bertujuan
untuk menentukan tingkat atau derajat hubungan antara sepasang variabel
(bivariat). Lebih lanjut, penelitian jenis ini seringkali menjadi bagian dari
penelitian lain, yang dilakukan sebagai awal untuk proses penelitian lain yang
kompleks. Misalnya, dalam penelitian korelasi multivariat yang meneliti
hubungan beberapa variabel secara simultan pada umumnya selalu diawali dengan
penelitian hubungan sederhana untuk melihat bagaimana masing-masing variabel
tersebut berhubungan satu sama lain secara berpasangan.
Dalam penelitian korelasi sederhana
ini hubungan antar variabel tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi.
Nilai koofisien korelasi merupakn suatu alat statistik yang digunakan
untuk membantu peneliti dalam memahami tingkat hubungan tersebut. Nilai
koefisien bervariasi dari -1,00 sampai +1,00 diperoleh dengan menggunakan
teknik statistik tertentu sesuai dengan karakter dari data masing-masing
variabel.
Pada dasarnya, desain penelitian
hubungan ini cukup sederhana, yakni hanya dengan mengumpulkan skor dua variabel
dari kelompok subjek yang sama dan kemudian menghitung koefisien korelasinya.
Oleh karena itu, dalam melakukan penelitian ini, pertama-tama peneliti
menentukan sepasang variabel yang akan diselidiki tingkat hubungannya.
Pemilihan kedua variabel tersebut harus didasarkan pada teori, asumsi, hasil
penelitian yang mendahului, atau pengalaman bahwa keduanya sangat mungkin
berhubungan.
b) Penelitian Prediktif
Dalam
pelaksanaan di bidang pendidikan, banyak situasi yang menghendaki dilakukannya
prediksi atau peramalan. Pada awal tahun ajaran baru, misalnya, setiap sekolah
karena keterbatasan fasilitas, seringkali harus menyeleksi para pendaftar yang
akan diterima menjadi calon siswa baru.
Penelitian korelasi jenis ini
memfokuskan pada pengukuran terhadap satu variabel atau lebih yang dapat
dipakai untuk memprediksi atau meramal kejadian di masa yang akan datang atau
variabel lain (Borg & Gall dalam Abidin, 2010). Penelitian ini sebagaimana
penelitian relasional, melibatkan penghitungan korelasi antara suatu pola
tingkah laku yang kompleks, yakni variabel yang menjadi sasaran prediksi atau
yang diramalkan kejadiannya (disebut kriteria), dan variabel lain yang
diperkirakan berhubungan dengan kriteria, yakni variabel yang dipakai untuk
memprediksi (disebut prediktor). Teknik yang digunakan untuk mengetahui tingkat
prediksi antara kedua variabel tersebut adalah teknik analisis regresi yang
menghasilkan nilai koefisien regresi, yang dilambangkan dengan R.
Perbedaan yang utama antara
penelitian relasional dan penelitian jenis ini terletak pada asumsi yang
mendasari hubungan antar variabel yang diteliti. Dalam penelitian relasional,
peneliti berasumsi bahwa hubungan antara kedua variabel terjadi secara dua arah
atau dengan kata lain, ia hanya ingin menyelidiki apakah kedua variabel
mempunyai hubungan, tanpa mempunyai anggapan bahwa variabel yang muncul lebih
awal dari yang lain. Oleh karena itu, kedua variabel biasanya diukur dalam
waktu yang bersamaan. Sedang dalam penelitian prediktif, di samping ingin
menyelidiki hubungan antara dua variabel, peneliti juga mempunyai anggapan
bahwa salah satu variabel muncul lebih dahulu dari yang lain, atau hubungan
satu arah. Oleh karena itu, tidak seperti penelitian relasional, kedua variabel
diukur dalam waktu yang berurutan, yakni variabel prediktor diukur sebelum
variabel kriteria terjadi, dan tidak dapat sebaliknya.
c) Korelasi Multivariat
Teknik untuk mengukur dan
menyelidiki tingkat hubungan antara kombinasi dari tiga variabel atau lebih
disebut teknik korelasi multivariat. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan,
dua diantaranya yang akan dibahas di sini adalah: regresi ganda atau multiple
regresion dan korelasi kanonik.
Regresi ganda. Memprediksi
suatu fenomena yang kompleks hanya dengan menggunakan satu faktor (variabel
prediktor) seringkali hanya memberikan hasil yang kurang akurat. Dalam banyak
hal, semakin banyak informasi yang diperoleh semakin akurat prediksi yang dapat
dibuat (Mc Millan & Schumaker dalam Abidin, 2010), yakni dengan menggunakan
kombinasi dua atau lebih variabel prediktor, prediksi terhadap variabel
kriteria akan lebih akurat dibanding dengan hanya menggunakan masing-masing
variabel prediktor secara sendiri-sendiri. Dengan demikian, penambahan jumlah
prediktor akan meningkatkan akurasi prediksi kriteria.
Korelasi
kanonik. Pada dasarnya teknik ini sama dengan regresi ganda, dimana
beberapa variabel dikombinasikan untuk memprediksi variabel kriteria. Akan
tetapi, tidak seperti regresi ganda yang hanya melibatkan satu variabel
kriteria, korelasi kanonik melibatkan lebih dari satu variabel kriteria.
Korelasi ini berguna untuk menjawab pertanyaan, bagaimana serangkaian variabel
prediktor memprediksi serangkai variabel kriteria? Dengan demikian, korelasi
kanonik ini dapat dianggap sebagai perluasan dari regresi ganda,dan sebaliknya,
regresi berganda dapat dianggap sebagai bagian dari korelasi kanonik (Pedhazur
dalam Abidin, 2010). Seringkali korelasi ini digunakan dalam penelitian
eksplorasi yang bertujuan untuk meentukan apakah sejumlah variabel mempunyai
hubungan satu sama lain yang serupa atau berbeda.
d) Korelasi Bivariat
Rancangan penelitian korelasi
bivariat adalah suatu rancangan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan
hubungan antara dua variabel. Hubungan antara dua variabel diukur. Hubungan
tersebut mempunyai tingkatan dan arah. Tingkat hubungan (bagaimana kuatnya
hubungan) biasanya diungkapkan dalam angka antar -1,00 dan +1,00, yang
dinamakan koefisien korelasi. Korelasi zero (0) mengindikasikan tidak ada
hubungan. Koefisien korelasi yang bergerak ke arah -1,00 atau +1,00, merupakan
korelasi sempurna pada kedua ekstrem (Emzir, 2009:48).
Arah hubungan diindikasikan olh
simbol “-“ dan “+”. Suatu korelasi negatif berarti bahwa semakin tinggi skor
pada suatu variabel, semakin rendah pula skor pada variabel lain atau sebaliknya.
Korelasi positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel,
semakin tinggi pula skor pada variabel lain atau sebaliknya (Emzir, 2009:48).
a) Regresi dan Prediksi
Jika terdapat korelasi antara dua
variabel dan kita mengetahui skor pada salah satu variabel, skor pada variabel
kedua dapat diprediksikan. Regresi merujuk pada seberapa baik kita dapat
membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik -1,00
maupun +1,00, prediksi kita dapat lebih baik.
b)
Regresi Jamak (Multiple
Regresion)
Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana
dengan penambahan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini memberikan
lebih banyak kekuatan kepada kita untuk membuat prediksi yang akurat. Apa yang
kita prediksikan disebut variabel kriteria (criterion variable). Apa
yang kita gunakan untuk membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah
diketahui disebut variabel prediktor (predictor variables).
3.
Rancangan Penelitian Korelasional
Penelitian
korelasional mempunyai berbagai jenis rancangan. Shaughnessy dan Zechmeinter
(dalam Emzir, 2009:48-51), yaitu:
1) Analisis Faktor
Prosedur statistik ini mengidentifikasi
pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya
antarkorelasi yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting yang umum.
2) Rancangan korelasional yang digunakan untuk menarik kesimpulan
kausal
Terdapat dua rancangan yang dapat
digunakan untuk membuat pernyataan-pernyataan tentang sebab dan akibat
menggunakan metode korelasional. Rancangan tersebut adalah rancangan analisis
jalur (path analysis design) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged
panel design).
Analisis jalur digunakan untuk menentukan
mana dari sejumlah jalur yang menghubungkan satu variabel dengan variabel
lainnya. Sedangkan desain panel lintas akhir mengukur dua variabel pada dua
titik sekaligus.
3)
Analisis sistem (System
Analysis)
Desain
ini melibatkan penggunaan prosedur matematik yang kompleks/rumit untuk
menentukan proses dinamik, seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan balik
serta unsur dan aliran hubungan.
D. SUBJEK TUNGGAL (SSR)
1. Hakikat SSR
Subject Research (SSR). SSR merupakan
metode untuk subjek tunggal terhadap perilaku tertentu. Tawney dan
Gats (1984:10) mengemukaan bahwa:
Single Subject
Research (SSR) merupakan bagian yang integral dari analisis tingkah laku. SSR
mengacu pada strategi penelitian yang
dikembangkan untuk mendokumentasikan perubahan tentang tingkah laku subjek secara
perseorangan. Melalui seleksi yang akurat dan pemanfaatan pola desain kelompok
yang sama. Hal ini memungkinkan untuk memperlihatkan hubungan fungsional antara
perlakuan dari perubahan tingkah laku.
2. Desain
penelitian SSR
Pola desain
eksperimen subjek tunggal adalah desain A-B-A di mana:
·
A-1
adalah lambang dari
data garis datar (baseline dasar).
Baseline merupakan suatu kondisi
awal kemampuan subjek
dalam melakukan penyusunan
struktur kalimat sebelum diberi perlakuan atau intervensi. Pengukuran pada fase
ini dilakukan sebanyak empat sesi, dengan durasi yang disesuaikan dengan
kebutuhan (60 menit).
·
B (intervensi) adalah
untuk data perlakuan
atau intervensi, kondisi kemampuan subjek dalam menyusun
struktur kalimat. Pada tahap ini subjek
diberi perlakuan dengan
menggunakan media I-CHAT
secara berulang-ulang.
Intervensi diberikan sebanyak
delapan sesi. Proses intervensi setiap sesinya memakan
waktu 60 menit.
·
A-2 (baseline 2) merupakan pengulangan kondisi baseline sebagai evaluasi bagaimana
intervensi yang diberikan berpengaruh pada subjek.
3. Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan
ialah dengan pemberian tes. Tes merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk mengetahui kemampuan
siswa dalam menyusun
struktur kalimat. Menurut Riduwan (2004:76) “tes yaitu
serentetan pertanyaan atau latihan serta alat yang digunakan untuk
mengukur keterampilan pengetahuan
dan inteligensi, kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Tes yang diberikan dalam penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kemampuan
penyusunan struktur kalimat
pada subjek penelitian
yang akan diberikan pada tiga
fase, masing-masing fase tersebut adalah 1) baseline-1 (A-1), untuk mengetahui
kemampuan awal subjek; 2) intervensi (B), untuk mengetahui ketercapaian
keterampilan selama mendapatkan perlakuan; 3) baseline-2 (A-2), untuk
mengetahui kemampuan subjek setelah diberi perlakuan.
Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan
data adalah sebagai berikut:
·
Menyiapkan format penelitian yang akan
digunakan sebagai pedoman untuk menilai kemampuan penyusunan struktur kalimat
pada subjek. Data yang diambil diperoleh dari hasil tes kemampuan penyusunan
struktur kalimat sesuai soal yang diberikan. Nilai 2 jika siswa dapat menyusun
struktur kalimat dengan benar, nilai 1 jika siswa salah menyusun struktur
kalimat dari soal yang diberikan dan nilai 0 jika siswa tidak mengisi jawaban
soal. Setelah data terkumpul kemudian dijumlahkan.
·
Menyiapkan media I-CHAT sebagai invervensi yang akan diberikan kepada
subjek saat intervensi.
4. Instrumen
Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan
pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian
biasanya dinamakan instrument penelitian. Menurut Sugiyono (2008:102),
“instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam
maupun sosial yang diamati”. Secara spesifik fenomena ini disebut variabel
penelitian. Instrumen penelitian merupakan bagian penting dalam penelitian
karena berfungsi sebagai sarana untuk mengumpulkan data yang banyak menentukan
keberhasilan suatu penelitian, maka dalam penyusunannya berpedoman pada
pendekatan yang digunakan agar data terkumpul dapat dijadikan dasar untuk
menguji hipotesis.
Instrumen penelitian dapat digunakan
apabila memenuhi kriteria yakni, suatu instrumen harus valid dan reliabel.
Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul
dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Instrumen yang
valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) alat
itu valid. Valid
berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2008:120).
5. Analisis
Data
Analisis data
merupakan tahap terakhir sebelum menarik kesimpulan. Menurut Sunanto pada
penelitian dengan kasus tunggal biasanya digunakan statistik deskriptif yang
sederhana. Setelah terkumpul, selanjutnya data dianalisis dengan perhitungan
tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Perhitungan ini
dilakukan dengan menganalisis data setiap kondisi dan antarkondisi. Analisis dalam
kondisi memiliki komponen yang meliputi:
·
Panjang kondisi
Panjang kondisi
adalah banyaknya data dalam kondisi yang juga menggambarkan banyaknya sesi
dalam kondisi tersebut.
·
Kecenderungan arah
Kecenderungan
arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam kondisi di
mana banyaknya data yang berada di atas dan di bawah garis yang sama banyak.
·
Tingkat stabilitas (level stability)
Menunjukkan tingkat
homogenitas data dalam
suatu kondisi. Tingkat kestabilan dapat ditentukan dengan
menghitung banyaknya data yang berada di dalam rentang 50% di atas dan di bawah
mean.
·
Tingkat perubahan (level change)
Tingkat
perubahan menunjukkan besarnya perubahan data antara dua data. Tingkat
perubahan merupakan selisih antara data pertama dengan data terakhir.
·
Jejak data (data path)
Jejak data
merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam suatu kondisi dengan tiga
kemungkinan yaitu menaik, menurun, dan mendatar.
·
Rentang
Rentang adalah
jarak antara data pertama dengan data terakhir sama halnya pada tingkat
perubahan (level change). Sedangkan analisis antar kondisi meliputi komponen
sebagai berikut:
a) Variabel
yang diubah
Merupakan
variabel terikat atau sasaran yang difokuskan.
b) Perubahan
kecenderungan arah dan efeknya
Merupakan
perubahan kecenderungan arah grafik antara kondisi baseline dan intervensi.
c) Perubahan
stabilitas dan efeknya
Stabilitas data
menunjukkan tingkat kestabilan perubahan dari sederetan data.
d) Perubahan
level data
Menunjukkan
seberapa besar data diubah.
e) Data
yang tumpang tindih
Data yang
tumpang tindih antara dua kondisi terjadi akibat dari keadaan data yang sama
pada kedua kondisi.
Adapun
langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data tersebut adalah:
1. Menskor
hasil penilaian pada kondisi baseline-1.
2. Menskor
hasil penilaian pada kondisi treatmen/intervensi.
3. Menskor
hasil penilaian pada kondisi baseline-2.
4. Membuat
tabel penilaian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi
baseline-1,
kondisi intervensi, dan kondisi baseline-2.
5. Membandingkan
hasil skor pada kondisi baseline-1, skor intervensi, dan skor pada kondisi
baseline-2.
6. Membuat
analisis dalam bentuk grafik garis sehingga dapat dilihat secara langsung
perubahan yang terjadi dari ketiga fase.
7. Membuat
analisis kondisi dan antar kondisi.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Penelitian kuantitatif adalah penelitian
yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran
terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Ada beberapa jenis
penelitian kuantitatif seperti Penelitian korelasional, Penelitian
eksperimental, KAUSAL
KOMPARATIF, SUBJEK TUNGGAL (SSR), masing-masing
jenis memiliki rancangan dan tujuan tersendiri.
Penelitian korelasi atau korelasional
adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara
dua variabel atau lebih tanpa memanipulasi variable lain.
Penelitian eksperimen merupakan penelitian
yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang
dikenakan pada subjek selidik. Dengan kata lain penelitian eksperimen mencoba
meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat.
Penelitian Kausal
Komparatif adalah penelitian yang dilakukan untuk membandingkan suatu variabel
(objek penelitian), antara subjek yang berbeda atau waktu yang berbeda dan menemukan
hubungan sebab-akibatnya.
Single Subject Research (SSR) merupakan
bagian yang integral dari analisis tingkah laku. SSR mengacu pada
strategi penelitian yang
dikembangkan untuk mendokumentasikan perubahan tentang tingkah laku subjek secara
perseorangan.
Daftar
Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar