Senin, 24 Oktober 2016

jenis penelitian kuantitatif



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar belakang
Penelitian kuantitatif adalah definisi, pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi dan persentase tanggapan mereka. Sebagai contoh: 240 orang, 79% dari populasi sampel, mengatakan bahwa mereka lebih percaya pada diri mereka pribadi masa depan mereka dari setahun yang lalu hingga hari ini. Menurut ketentuan ukuran sampel statistik yang berlaku, maka 79% dari penemuan dapat diproyeksikan ke seluruh populasi dari sampel yang telah dipilih. pengambilan data ini adalah disebut sebagai survei kuantitatif atau penelitian kuantitatif.
            Ukuran sampel untuk survei oleh statistik dihitung dengan menggunakan rumusan untuk menentukan seberapa besar ukuran sampel yang diperlukan dari suatu populasi untuk mencapai hasil dengan tingkat akurasi yang dapat diterima. pada umumnya, para peneliti mencari ukuran sampel yang akan menghasilkan temuan dengan minimal 95% tingkat keyakinan (yang berarti bahwa jika Anda survei diulang 100 kali, 95 kali dari seratus, Anda akan mendapatkan respon yang sama) dan plus / minus 5 persentase poin margin dari kesalahan. Banyak survei sampel dirancang untuk menghasilkan margin yang lebih kecil dari kesalahan

B.     Rumusan masalah
1.       Penelitian korelasional?
2.       Penelitian eksperimental ?
3.       Kausal  komparatif ?
4.       Subjek tunggal (SSR) ?

C.     Tujuan
1.      Bagaimana Peneitian korelasional.
2.      Bagaimana penelitian eksperimental.
3.      Bagaimana komperatif.
4.      Bagaimana subjek tunggal (SRR).










BAB II
PEMBAHASAN

Jenis penelitian kuantitatif

A.    Penelitian korelasional
1.      Pengertian
      Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen, 2008:328)
      Menurut Gay (dalam Sukardi, 2008:165) penelitian korelasional merupakan salah satu bagian penelitian ex-postfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefesien korelasi.

2.      Jenis studi korelasional
a)       Penelitian Hubungan
           Penelitian hubungan dilakukan dalam suatu usaha memperoleh pemahaman faktor-faktor atau variabel yang berhubungan dengan variabel yang kompleks. Variabel yang diketahui tidak berhubungan dapat dieliminasi dari perhatian atau pertimbangan selanjutnya. Dengan kata lain, peneliti mencoba mengidentifikasi variabel yang berhubungan dengan variabel terikat dan menyingkirkan pengaruhnya yang tidak akan bercampur dengan variabel bebas.
b)      Penelitian Prediksi
           Jika dua variabel mempunyai hubungan yang signifikan, skor pada satu variabel dapat digunakan untuk memprediksi skor pada variabel yang lain. Variabel yang menjadi dasar pembuatan prediksi diacu sebagai prediktor, dan variabel yang diprediksikan diacu sebagai kriteria. Studi prediksi sering dilakukan untuk memudahkan pengambilan kesimpulan mengenai individu atau membantu pemilihan individu. Studi prediksi juga dilakukan untuk menguji hipotesis teorietis menengenai variabel yang dipercaya menjadi prediktor suatu kriteria, dan untuk menentukan validitas prediktif instrumen pengukuran individual.

3.      Rancangan Penelitian Korelasional
            Menurut Shaughnessy dan Zechmeinte (2000:2-5) dalam Emzir (2010:48-51) penelitian korelasional mempunyai berbagai jenis rancangan.
a)      Korelasi Bivariat
      Rancangan penelitian korelasi bivariat adalah suatu rancangan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara dua variabel diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah.
      Arah hubungan diindikasikan oleh simbol “-“ dan “+”. Suatu korelasi negatif berarti bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin rendah pula skor pada variabel lain atau sebaliknya. Korelasi positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain atau sebaliknya. Hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar merupakan contoh korelasi positif. Hubungan antara stres dan sehat merupakan contoh korelasi negatif.
b)      Regresi dan Prediksi
      Jika terdapat korelasi antara dua variabel dan kita mengetahui skor pada salah satu variabel, skor pada variabel kedua dapat diprediksikan. Regresi merujuk pada seberapa baik kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik -1,00 maupun +1,00, prediksi kita dapat lebih baik. Sebagai contoh, terdapat hubungan antara stres dan kesehatan. Jika kita mengetahui skor stres kita maka kita akan memprediksi skor kesehatan kita dimasa yang akan datang.
c)      Regresi Jamak (Multiple Regresion)
      Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan penambahan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini memberikan lebih banyak kekuatan kepada kita untuk membuat prediksi yang akurat. Apa yang kita prediksikan disebut variabel kriteria (criterion variable). Apa yang kita gunakan untuk membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui disebut variabel prediktor (predictor variables). Sebagai contoh, jika kita tidak hanya mengetahui skor stres kita, tetapi juga mengetahui skor perilaku kesehatan (seberapa baik saya memerhatikan diri sendiri) dan bagaimana kesehatan kita selama ini (baik yang secara umum sehat atau sakit), kita akan memprediksikan secara tepat status kesehatan kita. Dengan demikian, terdapat tiga variabeln prediktor, stres, perilaku kesehatan, dan status kesehatan sebelumnya, dan satu variabel kriteria, yaitu kesehatan di masa yang akan datang.
d)     Analisis Faktor
      Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting yang umum. Sebagai contoh, kita dapat mengukur sejumlah besar aspek kesehatan fisik, emosi, mental, dan spiritual. Setiap pertanyaan akan memberikan kita suatu skor. Korelasi yang tinggi (baik positif maupun negatif) antara beberapa skor ini akan mengidentifikasikan factor penting yang bersifat umum.
e)      Analisis Sistem (System Analysis)
      Desain ini melibatkan penggunaan prosedur matematik yang kompleks/rumit untuk menentukan proses dinamik, seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan balik serta unsur dan aliran hubungan. Sebagai contoh, sistem analisis digunakan untuk menggambar atau membuat diagram perbedaan antara SD yang berhasil dan SD yang tidak berhasil. Beberapa unsur dari sistem ini adalah harapan guru terhadap performansi siswa, usaha pengajaran, dan performansi siswa. Masaing-masing unsur ini saling memengaruhi dan berubah sepanjang waktu

B.     Penelitian eksperimental
1.      Pengertian
      Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik. Dengan kata lain penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat. Caranya adalah dengan membandingkan satu atau lebih kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan satu atau lebih kelompok pembanding yang tidak menerima perlakuan.

2.      Jenis-jenis penelitian eksperimental
a)      Pra Eksperimental
      Rancangan praeksperimental belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. (Sugiyono, 1992:82)
      Kadang-kadang sebuah penelitian eksperimental dilakukan tanpa kelompok kontrol. Dalam penelitian ini, kelompok diberikan tes awal sebelum perlakuan eksperimental. Setelah treatment selesai, tes akhir diberikan untuk melihat prestasi. Efektivitas perlakuan pembelajaran diukur dengan membandingkan skor rata-rata tes awal dan tes akhir. Ketika ternyata bahwa skor rata-rata tes akhir secara signifikan lebih tinggi dari skor rata-rata tes awal, maka disimpulkan bahwa perlakuan pembelajaran efektif.
     
Rancangan yang termasuk pra-eksperimental adalah sebagai berikut.
1.       Studi Kasus Bentuk Tunggal (One-shot Case Study)
            Paradigma dalam rancangan eksperimen ini dapat digambarkan seperti berikut.
X O
X = Treatment yang diberikan
O = Observasi Dalam penyelenggaraan rancangan ini subjek disajikan dengan beberapa perlakuan, hanya tidak terdapat kelompok pembanding dan tanpa skor tes awal.
2.       Tes Awal - Tes Akhir Kelompok Tunggal (The One Group Pretest-posttest )
            Apabila pada rancangan nomor a tidak terdapat tes awal, maka pada rancangan ini terdapat tes awal sebelum diberikan perlakuan atau treatment. Rancangan ini dapat digambarkan seperti berikut.
O1 X 02
O1= Nilai tes awal
X = Treatmen yang diberikan
O2 = Nilai tes akhir setelah diberikan treatment 
                Kelebihan dari rancangan ini adalah peneliti dapat membandingkan hasil perlakuan yang diberikan, dengan adanya nilai tes awal peneliti bisa membandingkan hasilnya dengan mengobservasi dari nilai tes akhir.
3.       Perbandingan Kelompok Statis
      Pada rancangan penelitian ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi dibagi menjadi dua. Satu kelompok menerima perlakuan sedangkan kelompok lainnya tidak mendapat perlakuan. Skor tes akhir digunakan untuk mengukur hasil perlakuan.

b)      Eksperimen Murni
      Rancangan eksperimen murni sebenarnya melengkapi kekurangan dari rancangan sebelumnya. Dalam eksperimen murni mulai dikenal adanya kelompok kontrol dan cara mengukur perubahan yang muncul dalam kedua kelompok. Rancangan yang termasuk eksperimen murni adalah sebagai berikut.
1.       Rancangan Secara Acak dengan Tes dan Kelompok Kontrol
        Terdapat dua kelompok dalam rancangan ini. Pemilihan kelompok
dilakukan secara acak. Kelompok pertama menerima perlakuan sedangkan
kelompok lainnya tidak mendapatkan  perlakuan. Nilai tes akhir menjadi
digunakan untuk mengukur hasil perlakuan.
2.   Rancangan Secara Acak dengan Tes Awal dan Tes Akhir dengan Kelompok
      Kontrol ( The Randomized Pretest - Posttest Control Goup Design)
        Rancangan ini merupakan rancangan paling efektif dalam menunjukan
hubungan sebab akibat. Rancangan ini melengkapi kelompok kontrol maupun
pengukuran perubahan, tetapi  juga menyertakan tes awal untuk menilai
perbedaan antara dua kelompok. suatu hal yang penting memperlakukan kedua
kelompok dengan cara yang sama. Tujuannya adalah untuk mengukur hasil
perlakuan terhadap dua kelompok tersebut.
3.   Rancangan Secara Acak Empat Kelompok Solomon ( The Randomize Solomon
     Four Group Design )
        Terdapat empat kelompok pada rancangan ini. Dua kelompok diberikan
tes awal dan dua kelompok lainnya tidak; satu dari kelompok tes awal
diberikan perlakuan dan satu dari kelompok non tes awal diberikan perlakuan.
Rancangan ini merupakan kombinasi dari dua rancangan sebelumnya.
4.   Rancangan Secara Acak dengan Pemasangan Subjek melalui Tes Akhir dan
      Kelompok Kontrol ( The Randomize Posttest-only Control
    Group Design )
        Rancangan ini sedikit berbeda dengan rancangan sebelumnya. Dalam
rancangan ini terdapat  pemasangan subjek secara rambang. Peneliti tidak
melakukan tes awal.
5.   Rancangan Secara Acak dengan Pemasangan Subjek melalui Tes Awal - Tes Akhir dan
Kelompok Kontrol ( The Randomize Pretest-posttest Control Group Design, using Mathced Subjects) 
      Rancangan ini hampir mirip dengan rancangan sebelumnya, namun perbedaannya adalah adanya tes awal dalam rancangan ini.

c)      Eksperimen Semu
      Bentuk rancangan ini merupakan pengembangan dari eksperimen murni yang sulit dilaksanakan. Rancangan ini memiliki kelompok kontrol, namun tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
Beberapa rancangan yang termasuk eksperimen semu adalah sebagai berikut.
1.       Rancangan dengan Pemasangan Subjek melalui Tes Akhir dan Kelompok Kontrol ( The
            Randomized Postest  – only Control Group Design, using
        Matched Subjects)
                  Dalam rancangan ini terdapat pemasangan subjek pada kelompok
            eksperimen dan kelompok kontrol subjek. Peneliti tidak mengadakan tes awal.

2.       Rancangan dengan pemasangan Subjek melalui Tes Awal – Tes Akhir dan Kelompok
            Kontrol ( The Randomized Pretest  – Posttest Control Group
        Design, using Mathced Subjects )
                  Rancangan penelitian ini hampir mirip dengan rancangan
            sebelumnya,hanya letak perbedaaanya adalah adanya tes awal dalam
            rancangan ini.
3.       Rancangan Tiga Perlakuan dengan Pengaruh Imbangan ( A Three
        Treatment Counter Balanced Design  )
                  Dalam rancangan ini peneliti meneliti tiga kelompok. Semua kelompok
            diberikan perlakuan dan hanya ada tes akhir dalam rancangan ini.
4.       Rancangan Rangkaian Waktu ( A Basic Time Series Design )
      Rancangan ini secara aktual merupakan suatu ketelitian dari rancangan satu kelompok pretest-postes. Satu kelompok diberikan tes awal berulangkali, diberikan perlakuan kemudian diberikan tes akhir berulangkali. Peneliti akan lebih yakin terhadap keefektifan perlakuan yang diberkan jika skor yang muncul juga meningkat.
5.       Rancangan Faktorial ( Factorial Design )
                  Rancangan ini melibatkan dua atau lebih variabel bebas dan sekurangnya
satu yang dimanipulasi oleh peneliti. Pada dasarnya rancangan ini merupakan elaborasi dari rancangan eksperimen murni. Istilah faktorial mengacu pada fakta bahwa racangan tersebut memiliki beberapa faktor dan setiap faktor memiliki dua atau lebih tingkatan.
      Tujuan dari suatu rancangan faktorial adalah untuk menentukan apakah efek suatu variabel eksperimen dapat digeneralisasikan melalui semua level dari suatu variabel kontrol atau apakah efek tersebut khusus untuk level khusus dari variabel kontrol.


C.     KAUSAL KOMPARATIF
1.      Pengertian
      Definisi Penelitian Kausal Komparatif adalah penelitian yang dilakukan untuk membandingkan suatu variabel (objek penelitian), antara subjek yang berbeda atau waktu yang berbeda dan menemukan hubungan sebab-akibatnya.Sementara itu, menurut Kerlinger sebagaimana dikutip Emzir, menyatakan bahwa penelitian kausal komparatif (causal comparative research) yang disebut juga penelitian ex post factoadalah penyelidikan empiris yang sistematis di mana peneliti tidak mengendalikan variabel bebassecara langsung karena keberadaan dari variabel tersebut telah terjadi atau karena variable tersebut pada dasarnya tidak dapat dimanipulasi.Kemudian, Gay yang juga dikutif Emzir, mengemukakan bahwa studi kausal komparatif atau ex post facto adalah penelitian yang berusaha menentukan penyebab atau alasan, untuk keberadaan perbedaan dalam perilaku atau status dalam kelompok individu. Dengan kata lain, penelitian kausal komparatif adalah penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang terjadi dan mencari faktor yang menjadi penyebab melalui data yang dikumpulkan. Dalam penelitian ini pendekatan dasarnya adalah memulai dengan adanya perbedaan dua kelompok dan kemudian mencari faktor yang mungkin menjadi penyebab atau akibat dari perbedaan tersebut.
      Menurut Suryabrata (2006): Penelitian kausal komparatif bersifat ex post facto, artinya datadikumpulkan setelah semua kejadian yang dipersoalkan berlangsung (lewat). Peneliti mengambilsatu atau lebih akibat (sebagai “dependent variables”) dan menguji data itu dengan menelusuri kembali ke masa lalu untuk mencari sebab-sebab, saling hubungan dan maknanya. Menurut Sukmadinata (2010:55), penelitian ekspos fakto (expost facto research) menelitihubungan sebab akibat yang tidak di manipulasi atau diberi perlakuan (dirancang dandilaksanakan) oleh peneliti.
      Penelitian hubungan sebab akibat dilakukan terhadap program,kegiatan atau kejadian yang telah berlangsung atau telah terjadi. Adanya hubungan sebab akibatdidasarkan atas kajian teoretis, bahwa sesuatu variabel disebabkan atau dilatar belakangi olehvariabel tertentu atau mengakibatkan variabel tertentu.Penelitian ex post facto mirip dengan penelitian eksperimen, tetapi tidak ada pengontrolanvariabel, dan biasanya juga tidak ada pra tes. Penelitian ini dapat dilakukan dengan baik, dengan menggunakan kelompok pembanding

2.      Jenis Study Korelasional
a)       Penelitian Hubungan
                  Penelitian hubungan, relasional, atau korelasi sederhana (seringkali hanya disebut korelasi saja) digunakan untuk menyelidiki hubungan antara hasil pengukuran terhadap dua variabel yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat atau derajat hubungan antara sepasang variabel (bivariat). Lebih lanjut, penelitian jenis ini seringkali menjadi bagian dari penelitian lain, yang dilakukan sebagai awal untuk proses penelitian lain yang kompleks. Misalnya, dalam penelitian korelasi multivariat yang meneliti hubungan beberapa variabel secara simultan pada umumnya selalu diawali dengan penelitian hubungan sederhana untuk melihat bagaimana masing-masing variabel tersebut berhubungan satu sama lain secara berpasangan.
            Dalam penelitian korelasi sederhana ini hubungan antar variabel tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi. Nilai koofisien  korelasi merupakn suatu alat statistik yang digunakan untuk membantu peneliti dalam memahami tingkat hubungan tersebut. Nilai koefisien bervariasi dari -1,00 sampai +1,00 diperoleh dengan menggunakan teknik statistik tertentu sesuai dengan karakter dari data masing-masing variabel.
            Pada dasarnya, desain penelitian hubungan ini cukup sederhana, yakni hanya dengan mengumpulkan skor dua variabel dari kelompok subjek yang sama dan kemudian menghitung koefisien korelasinya. Oleh karena itu, dalam melakukan penelitian ini, pertama-tama peneliti menentukan sepasang variabel yang akan diselidiki tingkat hubungannya. Pemilihan kedua variabel tersebut harus didasarkan pada teori, asumsi, hasil penelitian yang mendahului, atau pengalaman bahwa keduanya sangat mungkin berhubungan.
b)      Penelitian Prediktif
            Dalam pelaksanaan di bidang pendidikan, banyak situasi yang menghendaki dilakukannya prediksi atau peramalan. Pada awal tahun ajaran baru, misalnya, setiap sekolah karena keterbatasan fasilitas, seringkali harus menyeleksi para pendaftar yang akan diterima menjadi calon siswa baru.
            Penelitian korelasi jenis ini memfokuskan pada pengukuran terhadap satu variabel atau lebih yang dapat dipakai untuk memprediksi atau meramal kejadian di masa yang akan datang atau variabel lain (Borg & Gall dalam Abidin, 2010). Penelitian ini sebagaimana penelitian relasional, melibatkan penghitungan korelasi antara suatu pola tingkah laku yang kompleks, yakni variabel yang menjadi sasaran prediksi atau yang diramalkan kejadiannya (disebut kriteria), dan variabel lain yang diperkirakan berhubungan dengan kriteria, yakni variabel yang dipakai untuk memprediksi (disebut prediktor). Teknik yang digunakan untuk mengetahui tingkat prediksi antara kedua variabel tersebut adalah teknik analisis regresi yang menghasilkan nilai koefisien regresi, yang dilambangkan dengan R.
            Perbedaan yang utama antara penelitian relasional dan penelitian jenis ini terletak pada asumsi yang mendasari hubungan antar variabel yang diteliti. Dalam penelitian relasional, peneliti berasumsi bahwa hubungan antara kedua variabel terjadi secara dua arah atau dengan kata lain, ia hanya ingin menyelidiki apakah kedua variabel mempunyai hubungan, tanpa mempunyai anggapan bahwa variabel yang muncul lebih awal dari yang lain. Oleh karena itu, kedua variabel biasanya diukur dalam waktu yang bersamaan. Sedang dalam penelitian prediktif, di samping ingin menyelidiki hubungan antara dua variabel, peneliti juga mempunyai anggapan bahwa salah satu variabel muncul lebih dahulu dari yang lain, atau hubungan satu arah. Oleh karena itu, tidak seperti penelitian relasional, kedua variabel diukur dalam waktu yang berurutan, yakni variabel prediktor diukur sebelum variabel kriteria terjadi, dan tidak dapat sebaliknya.
c)       Korelasi Multivariat
            Teknik untuk mengukur dan menyelidiki tingkat hubungan antara kombinasi dari tiga variabel atau lebih disebut teknik korelasi multivariat. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan, dua diantaranya yang akan dibahas di sini adalah: regresi ganda atau multiple regresion dan korelasi kanonik.
            Regresi ganda. Memprediksi suatu fenomena yang kompleks hanya dengan menggunakan satu faktor (variabel prediktor) seringkali hanya memberikan hasil yang kurang akurat. Dalam banyak hal, semakin banyak informasi yang diperoleh semakin akurat prediksi yang dapat dibuat (Mc Millan & Schumaker dalam Abidin, 2010), yakni dengan menggunakan kombinasi dua atau lebih variabel prediktor, prediksi terhadap variabel kriteria akan lebih akurat dibanding dengan hanya menggunakan masing-masing variabel prediktor secara sendiri-sendiri. Dengan demikian, penambahan jumlah prediktor akan meningkatkan akurasi prediksi kriteria.
            Korelasi kanonik. Pada dasarnya teknik ini sama dengan regresi ganda, dimana beberapa variabel dikombinasikan untuk memprediksi variabel kriteria. Akan tetapi, tidak seperti regresi ganda yang hanya melibatkan satu variabel kriteria, korelasi kanonik melibatkan lebih dari satu variabel kriteria. Korelasi ini berguna untuk menjawab pertanyaan, bagaimana serangkaian variabel prediktor memprediksi serangkai variabel kriteria? Dengan demikian, korelasi kanonik ini dapat dianggap sebagai perluasan dari regresi ganda,dan sebaliknya, regresi berganda dapat dianggap sebagai bagian dari korelasi kanonik (Pedhazur dalam Abidin, 2010). Seringkali korelasi ini digunakan dalam penelitian eksplorasi yang bertujuan untuk meentukan apakah sejumlah variabel mempunyai hubungan satu sama lain yang serupa atau berbeda.
d)      Korelasi Bivariat
            Rancangan penelitian korelasi bivariat adalah suatu rancangan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara dua variabel diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah. Tingkat hubungan (bagaimana kuatnya hubungan) biasanya diungkapkan dalam angka antar -1,00 dan +1,00, yang dinamakan koefisien korelasi. Korelasi zero (0) mengindikasikan tidak ada hubungan. Koefisien korelasi yang bergerak ke arah -1,00 atau +1,00, merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem (Emzir, 2009:48).
            Arah hubungan diindikasikan olh simbol “-“ dan “+”. Suatu korelasi negatif berarti bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin rendah pula skor pada variabel lain atau sebaliknya. Korelasi positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain atau sebaliknya (Emzir, 2009:48).
a)       Regresi dan Prediksi
            Jika terdapat korelasi antara dua variabel dan kita mengetahui skor pada salah satu variabel, skor pada variabel kedua dapat diprediksikan. Regresi merujuk pada seberapa baik kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik -1,00 maupun +1,00, prediksi kita dapat lebih baik.
b)      Regresi Jamak (Multiple Regresion)
            Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan penambahan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini memberikan lebih banyak kekuatan kepada kita untuk membuat prediksi yang akurat. Apa yang kita prediksikan disebut variabel kriteria (criterion variable). Apa yang kita gunakan untuk membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui disebut variabel prediktor (predictor variables).

3.      Rancangan Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional mempunyai berbagai jenis rancangan. Shaughnessy dan Zechmeinter (dalam Emzir, 2009:48-51), yaitu:
1)      Analisis Faktor
      Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting yang umum.
2)      Rancangan korelasional yang digunakan untuk menarik kesimpulan kausal
      Terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat pernyataan-pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode korelasional. Rancangan tersebut adalah rancangan analisis jalur (path analysis design) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel design).
      Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah jalur yang menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya. Sedangkan desain panel lintas akhir mengukur dua variabel pada dua titik sekaligus.
3)      Analisis sistem (System Analysis)
Desain ini melibatkan penggunaan prosedur matematik yang kompleks/rumit untuk menentukan proses dinamik, seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan balik serta unsur dan aliran hubungan.

D.    SUBJEK TUNGGAL (SSR)
1.      Hakikat SSR
      Subject Research (SSR). SSR merupakan metode untuk subjek tunggal terhadap perilaku tertentu. Tawney dan Gats (1984:10) mengemukaan bahwa:
Single Subject Research (SSR) merupakan bagian yang integral dari analisis tingkah laku. SSR mengacu pada strategi  penelitian  yang  dikembangkan  untuk  mendokumentasikan  perubahan tentang tingkah laku subjek secara perseorangan. Melalui seleksi yang akurat dan pemanfaatan pola desain kelompok yang sama. Hal ini memungkinkan untuk memperlihatkan hubungan fungsional antara perlakuan dari perubahan tingkah laku.

2.      Desain penelitian SSR
Pola desain eksperimen subjek tunggal adalah desain A-B-A di mana:
·         A-1  adalah  lambang  dari  data  garis  datar (baseline  dasar).  Baseline merupakan  suatu  kondisi  awal  kemampuan  subjek  dalam  melakukan penyusunan struktur kalimat sebelum diberi perlakuan atau intervensi. Pengukuran pada fase ini dilakukan sebanyak empat sesi, dengan durasi yang disesuaikan dengan kebutuhan (60 menit).
·         B (intervensi)  adalah  untuk  data  perlakuan  atau  intervensi,  kondisi kemampuan subjek dalam menyusun struktur kalimat. Pada tahap ini subjek  diberi  perlakuan  dengan  menggunakan  media  I-CHAT  secara berulang-ulang.   Intervensi  diberikan  sebanyak  delapan  sesi.  Proses intervensi setiap sesinya memakan waktu 60 menit.
·         A-2 (baseline 2) merupakan pengulangan  kondisi baseline sebagai evaluasi bagaimana intervensi yang diberikan berpengaruh pada subjek.

3.      Teknik Pengumpulan Data
      Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah dengan pemberian tes. Tes merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk mengetahui  kemampuan  siswa  dalam  menyusun  struktur  kalimat.  Menurut Riduwan (2004:76) “tes yaitu serentetan pertanyaan atau latihan serta alat yang digunakan   untuk   mengukur   keterampilan   pengetahuan   dan   inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Tes  yang diberikan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan  penyusunan  struktur  kalimat  pada  subjek  penelitian  yang  akan diberikan pada tiga fase, masing-masing fase tersebut adalah 1) baseline-1 (A-1), untuk mengetahui kemampuan awal subjek; 2) intervensi (B), untuk mengetahui ketercapaian keterampilan selama mendapatkan perlakuan; 3) baseline-2 (A-2), untuk mengetahui kemampuan subjek setelah diberi perlakuan.
      Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:
·         Menyiapkan format penelitian yang akan digunakan sebagai pedoman untuk menilai kemampuan penyusunan struktur kalimat pada subjek. Data yang diambil diperoleh dari hasil tes kemampuan penyusunan struktur kalimat sesuai soal yang diberikan. Nilai 2 jika siswa dapat menyusun struktur kalimat dengan benar, nilai 1 jika siswa salah menyusun struktur kalimat dari soal yang diberikan dan nilai 0 jika siswa tidak mengisi jawaban soal. Setelah data terkumpul kemudian dijumlahkan.
·         Menyiapkan media I-CHAT  sebagai invervensi yang akan diberikan kepada subjek saat intervensi.

4.      Instrumen Penelitian
      Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrument penelitian. Menurut Sugiyono (2008:102), “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Secara spesifik fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrumen penelitian merupakan bagian penting dalam penelitian karena berfungsi sebagai sarana untuk mengumpulkan data yang banyak menentukan keberhasilan suatu penelitian, maka dalam penyusunannya berpedoman pada pendekatan yang digunakan agar data terkumpul dapat dijadikan dasar untuk menguji hipotesis.
      Instrumen penelitian dapat digunakan apabila memenuhi kriteria yakni, suatu instrumen harus valid dan reliabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk  mendapatkan  data (mengukur)  alat  itu  valid.  Valid  berarti  instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2008:120).
5.      Analisis Data
Analisis data merupakan tahap terakhir sebelum menarik kesimpulan. Menurut Sunanto pada penelitian dengan kasus tunggal biasanya digunakan statistik deskriptif yang sederhana. Setelah terkumpul, selanjutnya data dianalisis dengan perhitungan tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Perhitungan ini dilakukan dengan menganalisis data setiap kondisi dan antarkondisi. Analisis dalam kondisi memiliki komponen yang meliputi:
·         Panjang kondisi
Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi yang juga menggambarkan banyaknya sesi dalam kondisi tersebut.
·         Kecenderungan arah
Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam kondisi di mana banyaknya data yang berada di atas dan di bawah garis  yang sama banyak.
·         Tingkat stabilitas (level stability)
Menunjukkan  tingkat  homogenitas  data  dalam  suatu  kondisi.  Tingkat kestabilan dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya data yang berada di dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean.
·         Tingkat perubahan (level change)
Tingkat perubahan menunjukkan besarnya perubahan data antara dua data. Tingkat perubahan merupakan selisih antara data pertama dengan data terakhir.
·         Jejak data (data path)
Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam suatu kondisi dengan tiga kemungkinan yaitu menaik, menurun, dan mendatar.
·         Rentang
Rentang adalah jarak antara data pertama dengan data terakhir sama halnya pada tingkat perubahan (level change). Sedangkan analisis antar kondisi meliputi komponen sebagai berikut:
a)      Variabel yang diubah
Merupakan variabel terikat atau sasaran yang difokuskan.
b)      Perubahan kecenderungan arah dan efeknya
Merupakan perubahan kecenderungan arah grafik antara kondisi baseline dan intervensi.
c)      Perubahan stabilitas dan efeknya
Stabilitas data menunjukkan tingkat kestabilan perubahan dari sederetan data.
d)     Perubahan level data
Menunjukkan seberapa besar data diubah.
e)      Data yang tumpang tindih
Data yang tumpang tindih antara dua kondisi terjadi akibat dari keadaan data yang sama pada kedua kondisi.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data tersebut adalah:
1.      Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-1.
2.      Menskor hasil penilaian pada kondisi treatmen/intervensi.
3.      Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-2.
4.      Membuat tabel penilaian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi
baseline-1, kondisi intervensi, dan kondisi baseline-2.
5.      Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline-1, skor intervensi, dan skor pada kondisi baseline-2.
6.      Membuat analisis dalam bentuk grafik garis sehingga dapat dilihat secara langsung perubahan yang terjadi dari ketiga fase.
7.      Membuat analisis kondisi dan antar kondisi.




BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

      Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Ada beberapa jenis penelitian kuantitatif seperti Penelitian korelasional, Penelitian eksperimental, KAUSAL KOMPARATIF, SUBJEK TUNGGAL (SSR), masing-masing jenis memiliki rancangan dan tujuan tersendiri.
      Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa memanipulasi variable lain.
      Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik. Dengan kata lain penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat.
      Penelitian Kausal Komparatif adalah penelitian yang dilakukan untuk membandingkan suatu variabel (objek penelitian), antara subjek yang berbeda atau waktu yang berbeda dan menemukan hubungan sebab-akibatnya.
      Single Subject Research (SSR) merupakan bagian yang integral dari analisis tingkah laku. SSR mengacu pada strategi  penelitian  yang  dikembangkan  untuk  mendokumentasikan  perubahan tentang tingkah laku subjek secara perseorangan.
     

























Daftar Pustaka


Tidak ada komentar:

Posting Komentar