Senin, 24 Oktober 2016

hakikat penelitian gabungan



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Metode Gabungan (Mix Methode) adalah pengkombinasian atau penggabungan antara metode kuantitatif dan kualitatif yang digunakan secara bersama-sama dalam suatu penelitian sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliable dan objektif.
Jenis metode ini sangat baik diterapkan terutama untuk meneliti masalah humaniora, yang memerlukan data yang valid dan reliabel untuk memecahkan masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Dalam hal ini mencakup bidang pendidikan, hubungan masyarakat, serta pemerintahan.
Masalah sosial menyangkut bidang humaniora ini sering diteliti menggunakan metode kualitatif yang dirasa kurang sempurna, penggabungan menggunakan penelitian eksak seperti penelitian kuantitatif diharapkan dapat menyelesaikan masalah secara lebih akurat nantinya.
Namun, dalam pelaksanaannya mix methode  ini masih jarang digunakan karena dalam merupakan hal yang baru. Selanjutnya, peneliti juga harus menguasai metode kualitatif dan kuantitatif dengan baik.

B.       Rumusan Masalah
a)      Apakah pengertian dari penelitian gabungan?
b)      Bagaimana desain penelitian gabungan?
c)      Bagaimana teknik pengumpulan data pada penelitian gabungan?
d)     Bagaimana teknik analisis data pada penelitian gabungan?
e)      Apa saja Instrumen yang digunakan dalam penelitian gabungan?

C.      Tujuan
a)      Mengetahui pengertian penelitian gabungan.
b)      Mengetahui desain penelitian gabungan.
c)      Mengetahui teknik pengumpulan data pada penelitian gabungan.
d)     Mengetahui teknik analisis data pada penelitian gabungan.
e)      Mengetahui instrumen yang digunakan dalam penelitian gabungan.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Penelitian Metode Gabungan (Mix Methode)
Penelitian Campuran dikenal sejak Campbell dan Fiske (1950-an) menggunakan metode multimethods dalam pengumpulan data dan penelitian sehingga didapat kombinasi  lebih baik pada masalah dan pertanyaan penelitian. Penelitian campuran adalah penelitian yang menggunakan dua metode yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatid dalam studi tunggal (satu penelitian)
Pendekatan penelitian campuran melibatkan asumsi-asumsi filosofis, aplikasi pendekatan-pendekatan kualitatif dan kuantitatif, serta pencampuran kedua pendekatan tersebut dalam satu penelitian. Penggunaan metode campuran sangatlah kompleks disamping mengumpulkan dan menganalisis dua jenis data, tetapi juga melibatkan fungsi dan dua pendekatan penelitan yang secara kolektif saling memberikan kekuatan penelitian secara keseluruhan daripada penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Penelitian metode campuran ini lebih sering digunakan dalam bidang humaniora. Alasan secara umum penggunaan metode campuran dalam penelitian yaitu:
a.       Lebih memahami masalah penelitian dengan menggabungkan data kuantitatif yang berupa angka-angka dan data kualitatif yang berupa perincian-perincian deskriptif.
b.      Mengeksplorasi pendapat dan pandangan partisipan (kualitatif) untuk kemudian dianalisis berdasarkan sampel berupa data angka (kuantitatif).
c.       Memperoleh hasil-hasil statistik kuantitatif dari suatu sampel, kemudian menindaklanjuti dengan mewawancari atau mengobservasi sejumlah individu untuk membantu menjelaskan lebih jauh hasil statistik yang sudah diperoleh (O’Chathain, Murphy dan Nicholl, 2007)
d.      Mengungkap kecenderungan-kecenderungan dan hak-hak dari kelompok atau individu yang diperlakukan tidak sebagaimana mestinya.
Creswell (2009) menyatakan bahwa “ Mixed Methods Research is an approach to inquiry that combines or associated both qualitative quantitative form of research”. Metode kombinasi adalah merupakan pendekatan penelitian yang menggabungkan atau menghubungkan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. (Sugiyono, 2013: 19)
Menurut Creswell (dalam Sugiyono, 2013: 20), metode penelitian kombinasi akan berguna bila metode kuantitatif atau metode kualitatif secara sendiri-sendiri tidak cukup akurat digunakan untuk memahami permasalahan penelitian, atau dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif secara kombinasi akan dapat memperoleh pemahaman yang paling baik (bila dibandingkan dengan satu metode).

B.     Desain Penelitian Metode Gabungan (Mix Methode)
Creswell (dalam Sugiyono, 2013: 407) mengklasifikasikan model utama metode kombinasi menjadi dua, yaitu model sequential (kombinasi berurutan), dan model concurrent (kombinasi campuran). Model sequential (kombinasi berurutan) ada tiga macam, yaitu sequential explanatory strategy (model urutan pembuktian), sequential exploratory strategy (model urutan penemuan), dan sequential transformative strategy. Sementara itu, model concurrent (kombinasi campuran) terdapat dua macam, yaitu concurrent triangulation strategy (campuran kualitatif dan kuantitatif secara berimbang), concurrent embedded strategy (campuran penguatan/metode kedua memperkuat metode pertama), dan concurrent transformative strategy.
1.      Model Sequential (Kombinasi Berurutan)
Creswell (dalam Sugiyono, 2013: 408) menyatakan bahwa model kombinasi berurutan merupakanprosedur penelitian dimana peneliti mengembangkan hasil penelitian dari satu metode ke metode yang lain. Model kombinasi berurutan terdapat tiga macam, yaitu:
a.       Sequential Explanatory Design (Model Urutan Pembuktian)
Creswell (dalam Sugiyono, 2013: 409) menyatakan bahwa sequential explanatory strategy dicirikan dengan pengumpulan data dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama, dan diikuti dengan pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap kedua guna memperkuat hasil penelitian kuantitatif yang dilakukan pada tahap pertama.
b.      Sequential Exploratory Strategy (Model Urutan Penemuan)
Sequential Exploratory Strategy sama dengan Sequential Explanatory Design, hanya saja cara kerjanya dibalik. Pada model ini, tahap awal menggunakan metode kualitatif dan tahap kedua menggunakan metode kuantitatif. Bobot metode lebih berat pada metode kualitatif  dan selanjutnya dilengkapi dengan metode kuantitatif. Kelemahan dari Sequential Exploratory Strategy adalah peneitian memerlukan waktu, tenaga, dan biaya yang lebih besar. (Sugiyono, 2013: 410)
c.       Sequential Transformative Strategy
Model ini dilakukan dengan dua tahap dengan dipandu oleh teori lensa (gender, ras, ilmu social) pada setiap prosedur penelitiannya. Tahap pertama bisa menggunakan metode kuantitatif atau kualitatif dan dilanjutkan pada tahap berikutnya dengan metode kualitatif atau kuantitatif. Teori lensa dikemukakan pada bagian pendahuluan proposal penelitian untuk memandu dirumuskannya pertanyaan penelitian untuk menggali masalah. (Sugiyono, 2013: 411)
2.      Model Concurrent (Kombinasi Campuran)
Creswell (dalam Sugiyono, 2013: 411) menyatakan bahwa model Concurrent  merupakan prosedur penelitian dimana peneliti menggabungkan data kuantitatif dan kualitatif agar diperoleh analisis yang komprehensif guna menjawab masalah penelitian. Model kombinasi campuran ada tiga macam, yaitu:
a.       Concurrent Triangulation Strategy (Campuran Kualitatif dan Kuantitatif secara Berimbang)
Model ini merupakan model yang paling familiar diantara enam model dalam mixed methods. Dalam model concurrent triangulation ini peneliti menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif secara bersam-sama, baik dalam pengumpulan data maupun analisis data. Kemudian membandingkan data yang diperoleh, untuk selanjutnya dapat ditemukan mana data yang dapat digabungkan dan dibedakan (Sugiyono, 2013: 411).
Sugiyono (2013: 412) menyatakan bahwa dalam model ini penelitian dilakukan dalam satu tahap tetapi dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif secara bersama-sama. Idealnya bobot antara metode kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan dalam penelian adalah seimbang, namun dalam prakteknya metode yang satu bobotnya lebih tinggi atau lebih rendah dari metode yang lain. Penggabungan data dilakukan pada penyajian data, interpretasi, dan pembahasan.
b.      Concurrent Embedded Strategy (Campuran Penguatan/Metode Kedua Memperkuat Metode Pertama)
Model Concurrent Embedded merupakan metode penelitian yang mengkombinasikan penggunaan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif secara simultan/bersama-sama (atau sebaliknya), tetapi bobot metodenya berbeda. Pada model ini ada metode primer dan metode sekunder. Metode primer digunakan untuk memperoleh data yang utama, dan metode sekunder digunakan untuk memperoleh data guna mendukung data yang diperoleh dari metode primer. (Creswell dalam Sugiyono,  2013: 412)
c.       Concurrent Transformative Strategy
Seperti halnya dalam model sequential transformative, pada model concurrent transformative ini peneliti juga dipandu dengan menggunakan teori perspektif baik teori kuantitatif maupun kualitatif. Teori perspektif ni seperti: critical theory, advocacy, participatory research or a conceptual or theoretical framework. Model ini merupakan gabungan antara model triangulation dan embedded. Dua metode pengumpulan data dilakukan pada satu tahap penelitian dan pada waktu yang sama. Bobot metode bisa sama dan bisa tidak sama. Penggabungan data dapat dilakukan dengan merging, connecting atau embedding (mencampur dengan bobot sama, menyambung, dan mencampur dengan bobot tidak sama). (Creswell dalam Sugiyono,  2013: 412-413)

C.    Pengumpulan Data dan Analisis Data
1)      Sequential Explanatory Design (Model Urutan Pembuktian)
Tahap awal adalah dengan pengumpulan data dan analisis data kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan pada populasi atau sampel tertentu menggunakan instrument yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Selanjutnya dilakukan analisis data kuantitatif. Analisis diarahkan untuk menjawab rumusan masalah deskriptif dan menguji hipotesis yang telah diajukan. Tahap selanjutnya adalah pengumpulan data dan analisis data kualitatif. Setelah data dari metode kualitatif sudah terkumpul dan kemudian dianalisis.
Setelah pengumpulan data dan analisis data pada metode kuantitatif dan kualitatif selesai, tahap selanjutnya adalah membandingkan data kuantitatif dan kualitatif, dimana data kuantitatif hasil penelitian kuantitatif dilakukan pada tahap pertama dan data kualitatif hasil penelitian kualitatif dilakukan pada tahap kedua. Melalui analisis data ini akan dapat diperoleh informasi apakah kedua data saling melengkapi, memperluas, memperdalam atau malah bertentangan. (Sugiyono, 2013: 449).
2)      Sequential Exploratory Strategy (Model Urutan Penemuan)
Tahap awal adalah dilakukan pengumpulan data dan analisis data kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, kegiatan pengumpulan data lebih banyak dilaksanakan secara bersamaan. Jadi peneliti melakukan pengumpulan data, analisis data, sekaligus melakukan pengujian kredinilitas data dengan teknik trianggulasi. Proses pengumpulan data dan analisis data dalam penelitian kualitatif dapat menggunakan model yang dikembangkan oleh Spradley atu Miles and Huberman. Analisis data yang dikembangkan Spradley adalah analisis domain, taksonomi, komponensial, dan tema kulturan. Sedangkan analisis menurut Miles and Huberman  bersifat interaktif yaitu, data collection, data reduction, data display, conclutions (Sugiyono, 2013: 478).
Pengumpulan data kuantitatif ditujukan untuk membuktikan hipotesis, maka diperlukan instrument penelitian. Instrumen tersebut harus terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya. Setelah terbukti valid dan reliable, maka instrument tersebut selanjutnya digunakan untuk pengumpulan data. Langkah selanjutnya adalah analisis data kuantitatif. Analisis tersebut ditujukan untuk membuktikan hipotesis yang ditemukan dari penelitian kualitatif (Sugiyono, 2013: 487).
Setelah pengumpulan data dan analisis data pada metode kualitatif dan kuantitatif selesai, tahap selanjutnya adalah membandingkan data kualitatif dan kuantitatif, dimana data kualitatif hasil penelitian kualitatif dilakukan pada tahap pertama dan data kuantitatif hasil penelitian kuantitatif dilakukan pada tahap kedua. Melalui analisis data ini akan dapat diperoleh informasi apakah kedua data saling melengkapi, memperluas, memperdalam atau malah bertentangan.
3)      Sequential Transformative Strategy
Model ini dilakukan dengan dipandu oleh teori lensa (gender, ras, ilmu social) pada setiap prosedur penelitiannya. Teori lensa dikemukakan pada bagian pendahuluan proposal penelitian untuk memandu dirumuskannya pertanyaan penelitian untuk menggali masalah. Tahap pertama adalah pengumpulan data dan analisis data metode kuantitatif atau kualitatif dan dilanjutkan pada tahap berikutnya dengan pengumpulan data dan analisis data dengan metode kualitatif atau kuantitatif. (Sugiyono, 2013: 411)
4)      Concurrent Triangulation Strategy (Campuran Kualitatif dan Kuantitatif secara Berimbang)
Metode kombinasi model concurrent triangulation merupakan metode penelitian yang menggabungkan antara metode penelitian kualitatif dan kuantitatif secara seimbang. Fokus penggabungan lebih pada teknik pengumpulan data dan analisis data.
Dalam model ini pengumpulan data dan analisis dilakukan untuk menjawab rumusan masalah dengan menggunakan dua metode sekaligus. Setelah data terkumpul dan telah dianalisis menggunakan dua metode tersebut, selanjutnya dapat dibuat kesimpulan apakah kedua data (kuantitatif dan kualitatif) saling  memperkuat, memperlemah, atau bertentangan (Sugiyono, 2013: 499).
5)      Concurrent Embedded Strategy (Campuran Penguatan/Metode Kedua Memperkuat Metode Pertama)
Dalam model Concurrent Embedded ini terdapat dua model penggabungan metode. Pertama, kualitatif dan kuantitatif, dimana kualitatif menjadi metode primer dan kuantitatif menjadi metode sekunder. Kedua, kualitatif dan kuantitatif, dimana yang menjadi metode primer adalah kuantitatif dan metode sekundernya adalah kualitatif.
Pada medel ini, peneliti dapat mengumpulkan data dua macam yaitu kuantitatif dan kualitatif , atau sebaliknya. Pengumpulan data dilakukan dalam waktu yang bersamaan, dan bergantian dalam selang waktu yang tidak terlalu lama.Teknik pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan cara memberikan instrument yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya kepada sampel penelitian. Untuk melengkapi data kuantitatif tersebut, agar lebih luas, mendalam, dan bermakna, maka peneliti melakukan pengumpulan data kualitatif (Sugiyono, 2013: 558).
Setelah pengumpulan data, langkah selanjutnya adalah analisis data. Analisis data yang digunakan untuk metode kuantitatif adalah dengan statistic, sedangkan untuk metode kualitatif adalah analisis kualitatif. Sementara itu untuk data yang dikombinasikan dengan analisis statistic dan analisis kualitatif.
6)      Concurrent Transformative Strategy
Pada model concurrent transformative, peneliti juga dipandu dengan menggunakan teori perspektif. Pengumpulan data dan analisis data dilakukan pada satu tahap penelitian dan pada waktu yang sama untuk dua metode sekaligus. Penggabungan data dapat dilakukan dengan mencampur dengan bobot sama, menyambung, dan mencampur dengan bobot tidak sama.

D.    Instrumen Penelitian Gabungan
Instrumen Penelitian
a)      Penelitian Kuantitatif
Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mengukur variabel dalam ilmu alam. Instrumen ini harus teruji validitas dan reliabilitasnya. Variabel dalam ilmu alam misalnya panas, maka instrumennya adalah calorimeter, variabel suhu maka instrumennya adalah thermometer, variabel panjang maka instrumennya mistar (meteran) dll. Instrumen-instrumen tersebut mudah didapat dan teruji reliabilitasnya, kecuali yang rusak dan palsu.
Instrumen dalam penelitian pendidikan memang ada yang sudah tersedia dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya, seperti instrumen untuk mengukur motif berprestasi, (n-nach) untuk mengukur sikap, mengukur IQ, mengukur bakat dan lain-lain.
Instrumen-instrumen dalam bidang sosial walaupun telah teruji validitas analisis reliabilitasnya, tetapi bila digunakan utuk tempat tertentu belum tentu tepat dan mungkin tidak valid dan reliabel lagi. Hal ini perlu dimaklumi karena gejala/fenomena sosial itu cepat berubah dan sulit dicari kesamaannya. Untuk itu maka peneliti-peneliti dalam bidang pendidikan instrumen penelitian yang digunakan sering disusun sendiri termasuk menguji validitas dan reliabilitasnya.
Contoh Judul penelitian dan instrumen yang dikembangkan:
GAYA DAN SITUASI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH SERTA PENGARUHNYA TERHADAP IKLIM KERJA ORGANISASI SEKOLAH”
Judul tersebut terdiri atas dua variabel independen dan satu dependen. Masing masing instrumennya adalah:
a.       Instrumen untuk mengukur variabel gaya kepemimpinan
b.      Instrumen untuk mengukur variabel situasi kepemimpinan
c.       Instrumen untuk mengukur variabel iklim kerja organisasi

b)      Penelitian Kualitatif
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti uneuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya.
Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumer data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.
Menurut Nasution (1988) peneliti sebagai instrumen penelitian t=serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan
2.      Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3.      Tiap situasi merupakan keseluruhan
4.      Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahhuan semata.
5.      Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh
6.      Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera seagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, dan perbaikan atau pelakuan.
7.      Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang anaeh, yang menyimpang justru diberi perhatian.



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Metode gabungan (Mix Methode) adalah pengkombinasian atau penggabungan antara metode kuantitatif dan kualitatif ini digunakan secara bersama-sama dalam suatu penelitian sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliable dan objektif.
Desain metode gabungan ada 2 yaitu:
1)      Model Sequential (Kombinasi Berurutan)
a.      Sequential Explanatory Design (Model Urutan Pembuktian)
b.      Sequential Exploratory Strategy (Model Urutan Penemuan)
c.       Sequential Transformative Strategy
2)      Model Concurrent (Kombinasi Campuran)
a.      Concurrent Triangulation Strategy (Campuran Kualitatif dan Kuantitatif secara Berimbang)
b.      Concurrent Embedded Strategy (Campuran Penguatan/Metode Kedua Memperkuat Metode Pertama)
c.       Concurrent Transformative Strategy
Teknik Pengumpulan dan analisis data juga ada beberapa macam cara. Maka dalam melakukan penelitian menggunakan metode gabungan hendaknya disusaikan dengan penelitian kita.
Metode gabungan sangatlah baik diterapkan dalam suatu penelitian karena dua metode, yaitu kuantitatif dan kualitatif dijadikan satu. Sehingga peneliti harus menguasai kedua metode tersebut. Hal ini akan menghasilkan sebuah penelitian yang sempurna dan saling melengkapi yang tentunya teruji validitas serta realibiliyasnya.




DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.2013.”Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik”.Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiono.2015.”Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
http://aryadilintuman.blogspot.co.id/2015/11/metode-campuran-mixed-method.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar